Yohanes Surya |
Yohanes Surya. Ketika menyebut nama itu, saya teringat saat SMA. Ketika itu, soal-soal fisika terasa begitu sulit menurut saya (dasarnya emang kurang rajin belajar he he he). Namun ketika saya pergi ke toko buku dan membeli buku fisika karangan Yohanes Surya, belajar fisika jadi mengasyikkan. Bahkan nilai saya yang sebelumnya selalu pas-pasan di pelajaran fisika jadi meningkat mendekati sempurna. Inilah yang membuat saya begitu kagum dengan sosok Yohanes Surya, beliau bisa menyederhanakan fisika dan membuatnya menyenangkan. Atas kekaguman saya pada beliau, berikut ini akan penulis kupas Biografi Yohanes Surya, sang fisikawan dari Indonesia.
Yohanes Surya dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 November 1963. Beliau adalah pakar fisika dari Indonesia. Karena jasa beliaulah, Indonesia setiap tahunnya berhasil menjuarai IPHO (International Physics Olympic) yaitu perlombaan fisika terkeren sejagad. Fisika bagi Yohanes adalah jiwanya, ruhnya dan panggilan hatinya untuk mengabdi pada negeri tercinta, INDONESIA.
Yohanes mulai mendalami fisika dan memutuskan bahwa fisika adalah hidupnya adalah ketika dirinya menjadi mahasiswa fisika di fakultas FMIPA Universitas Indonesia. Setelah lulus, ia kemudian mengajar di SMAK I Penabur Jakarta. Yohanes kemudian hijrah ke Amerika untuk melanjutkan studinya di Universitas College of William and Mary, Virginia untuk mengambil program magister dan doktornya. Ia menyabet gelar cumlaud di program doktornya. Yohanes Surya kemudian menjadi Consultan of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF.
Mengikutsertakan Indonesia Dalam IPhO
Peserta IPhO |
Sekian tahun melanglang buana di negeri orang sampai berhasil mengantongi gelar PhD, membuat Yohanes Surya rindu akan tanah airnya. Darah nasionalisnya tergerak ketika ia mengetahui akan ada lomba fisika internasional yang diselenggarakan oleh almamaternya yaitu College of William and Mary. Ia kemudian mengontak UI di Jakarta untuk mengumpulkan lima orang anak SMA yang pandai-pandai untuk diterbangkan ke Amerika.
Di sana 5 orang anak tersebut digembleng sendiri oleh Yohanes guna mempersiapkan mengikuti ajang Ipho tersebut. Lima orang anak tersebut adalah Oki Gunawan (SMAN 78 Jakarta), Jemmy Widjaja (SMAK 1 Jakarta), Yanto Suryono (SMAK 1 Jakarta), Nikodemus Barli (SMAN 5 Surabaya), dan Endi Sukma Dewata (SMAN 2 Kediri). Ini adalah keikut sertaan Indonesia pertama di ajang bergengsi tersebut. Dalam keikutsertaan Indonesia pada ajang bergengsi IphO, Yohanes Surya memiliki misi 3G yaitu Go Get Gold.
Kerja keras Yohanes tidak sia-sia, Indonesia berhasil meraih perunggu di ajang ini melalui Oki Gunawan. Itu adalah pencapaian yang lumayan, mengingat Indonesia masih pertama mengikuti ajang seperti ini. Ke lima anak inilah yang menjadi cikal bakal didirikannya TOFI yaitu Tim Olimpiade Fisika Indonesia yaitu sebuah wadah yang akan membimbing para siswa SMA untuk mengikuti ajang IphO. Perlu diketahui bahwa awalnya, Yohanes Surya merogoh kantongnya sendiri untuk membiayai pembibitan fisikawan Indonesia ini. Benar-benar pengorbanan untuk negara yang sangat nasionalis.
Untuk lebih memaksimalkan pembibitan TOFI, pada tahun 1994, Yohanes Surya memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Ia turun tangan sendiri untuk memimpin dan melatih para siswa calon peserta TOFI tersebut. Sekian tahun perjalanan Yohanes, sekian banyak piala yang dibawa pulang ke Indonesia dari berbagai ajang fisika. Indonesia patuit berbangga dengan dikumpulkannya 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi Sains/Fisika Internasional. Ini semua terkumpul dari tahun 1993 hingga 2007. Mungkin saat ini akan lebih banyak lagi. Yang lebih membanggakan lagi, seorang siswa binaannya yang bernama Jonathan Pradana Mailoa, berhasil meraih predikat "The Absolute Winner" (Juara Dunia) dalam International Physics Olympiad (IPhO) XXXVII di Singapura. Perlu diketahui bahwa pencapaiann Indonesia di ajang ini melebihi pencapaian negara maju lainnya seperti Amerika dan China.
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju, terbukti para pemudanya memiliki otak yang lumayan cemerlang. Tinggal bagaimana memberdayakannya saja. Didalam mem-fisika-kan Indonesia, Yohanes tidak hanya membimbing siswa calon peserta IphO saja tetapi beliau juga mengadakan berbagai pelatihan guru-guru fisika dan matematika di daerah-daerah agar bisa lebih asyik dan menyenangkan dalam mengajar dua mata pelajaran yang dianggap ‘momok’ bagi kebanyakan siswa tersebut. Untuk mewadahi hal ini Yohanes Surya sampai-sampai mendirikan Surya Institut. Bersama dengan Surya Institut pula, Yohanes ingin membuktikan bahwa siswa dari daerah tertinggal seperti Papua juga bisa meraih kegemilangan di ajang IphO. Ia kemudian mengambil beberapa sisiwa Papua untuk dibina di Jakarta untuk diikutkan IphO.
Sebagai Penulis
Medali Physics Olympiad Untuk Indonesia |
Yohanes Surya juga aktif menulis buku-buku pelajaran matematika dan fisika untuk pelajar SD hingga SMA. Ia juga menulis artikel ilmiah di beberapa surat kabar seperti KOMPAS, TEMPO dan Media Indonesia serta menulis di jurnal ilmiah internasional. Selain itu ia juga menerbitkan buku yang berjudul “Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia” yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia.
Selain aktif sebagai penulis buku fisika, Prof. Yohanes Surya bersama timnya, Ellen Conny dan Sylvia Lim juga menerbitkan novel fiksi ilmiahPetualangan Tofi yang berjudul "Perburuan Bintang Sirius". Novel yang bercerita tentang seorang tokoh benama Tofi ini memakan waktu penulisan selama tiga tahun dan sebagian besar nama karakter tokohnya menggunakan istilah‐istilah sains yang memang sesuai dengan sifat dan karakter para tokohnya.
Yohanes Surya juga terkenal lewat metode pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan).
Serta pencetus istilah MESTAKUNG.
Kegiatan Yohanes Surya Lainnya
Selain itu, Yohanes Surya juga terlibat dalam acara televisi seperti Tralala Trilili dan Petualangan di Dunia Fantasi di RCTI. Beliau juga aktif sebagai juri berbagai lomba sains yang diadakan oleh XL-com, L’OREAL, UKI dsb.
Yohanes Surya juga didaulat sebagai wakil dari Indonesia yang bertemu dengan Presiden Amerika saat itu yaitu George W. Bush di bidang sains.
Yohanes Surya adalah guru besar fisika dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan, Kepala Promosi dan Kerjasama Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah, salah satu founder The Mochtar Riady Institute, anggota Dewan Wali Amanah Sekolah Tinggi Islam Assalamiyah Banten. Selain itu Prof. Yohanes Surya pernah menjabat sebagai RektorUniversitas Multimedia Nusantara (Kompas Gramedia Group) hingga akhir 2010, serta aktif mengkampanyekan Cinta Fisika (Bali Cinta Fisika, Kalbar Cinta Fisika dsb) di seluruh Indonesia.
Sejak pertengahan 2009, Prof. Yohanes Surya merintis berdirinya Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya (STKIP Surya) di Tangerang.
Yohanes Surya berkiprah dalam berbagai organisasi internasional sebagai Board member of the International Physics Olympiad, Vice President of The First step to Nobel Prize (1997-sekarang), penggagas dan president Asian Physics Olympiad (2000-sekarang), Chairman of The first Asian Physics Olympiad, di Karawaci, Tangerang (2000), Executive member of the World Physics Federation Competition, Chairman of The International Econophysics Conference 2002, Chairman the World Conggress Physics Federation 2002, Board of Experts di majalah National Geographic Indonesia serta menjadi Chairman of Asian Science Camp 2008 di Denpasar, Bali.
Selama berkarier di bidang pengembangan fisika, Yohanes Surya pernah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Nobel Untuk Indonesia
Yohanes Surya memiliki mimpi, bahwa ditahun 2020 nanti Indonesia bisa meraih hadiah Nobel untuk fisika atau sains yang lain. Beliau bercermin pada negara Pakistan. Dahulu Pakistan bukanlah negara maju. Teknologinya juga biasa saja. Namun ketika ada salah satu pemuda Pakistan yang mendapat Nobel dibidang sains yaitu Abdus Salam, seakan-akan itu menjadi virus bagi pemuda lainnya untuk berlomba seperti Abdus Salam. Alhasil akan mempengaruhi juga kemajuan negara tersebut.
Yohanes pun memiliki keinginan seperti itu. Untuk mewujudkannya, para peserta lulusan TOFI di carikan berbagai beasiswa di Universitas Amerika. Para peserta yang telah kuliah tersebut kemudian dibimbing oleh tokoh yang telah meraih Nobel sehingga pemikirannya akan menular dan akhirnya karya ilmiah yang dihasilkannya pun tidak kacangan dan berpotensi meraih Nobel dikemudian hari.
BIODATA YOHANES SURYA
Nama : Yohanes Surya
Lahir : Jakarta 6 November 1963
Isteri : Christina
Anak : Chrisanthy Rebecca Surya
Marie Felicia Surya
Marcia Ann Surya
Pendidikan
1968 – 1974 : SD Pulogadung Petang II Jakarta Timur
1974 – 1977 : SMPN 90 Jakarta
1977 – 1981 : SMAN 12 Jakarta
1981 – 1986 : Jurusan Fisika FMIPA‐UI dengan gelar Drs.
1988 – 1990 : Physics Dept. College of William and Mary, USA dengan gelar M.Sc.
1990 – 1994 : Physics Dept. College of William and Mary, USA dengan gelar Ph.D GPA 4.0
Pengalaman Kerja:
1986 ‐ 1988 Guru fisika SMAK 1 Pintu Air
1988 ‐ 1989 Teaching Assistant Physics Dept. College of William and Mary
1989 ‐ 1993 Research Assistant Physics Dept. College of William and Mary
Pemimpin pusat pelatihan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), Karawaci sejak
ikut Olimpiade Fisika Internasional
1994 Researcher/Postdoc Continous Electron Beam Accelerator Facilities.
1995 ‐ 1997 Peneliti Jurusan Fisika Universitas Indonesia
1998 ‐ 2003 International Center for Physics and Mathematics Univ. Pelita Harapan
2003 ‐ 2004 Dekan Fakultas Sains dan Matematika Univ. Pelita Harapan
2004 ‐ 2005 CEO The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and Bioengineering
(The Mochtar Riady Institute)
2005 ‐ Dewan penyantun (majelis wali amanah) Sekolah Tinggi Assalamiyah Banten.
2005 ‐ Professor Fisika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2007 ‐ Rektor Universitas Multimedia Nusantara
52 Publikasi Ilmiah
64 Makalah yang diseminarkan
68 Artikel fisika di majalah dan koran
28 Judul buku
29 Prestasi yang membanggakan dan mengharumkan bangsa
Delapan kali menjadi dewan juri