Sisilia Mbimbus, Seorang ibu rumah tangga berhasil memberdayakan warga desanya berkat air bersih. Ia juga menjadi sebab menurunnya jumlah anak putus sekolah di desanya. Ia berani mendobrak tradisi yang ada yaitu wanita tak boleh ikut campur dalam urusan dusun, namun Sisilia berhasil membuktikan bahwa peran wanita tidak hanya di rumah namun di masyarakat juga bisa berperan penting. Berikut ini Biografi Sisilia Mbimbus.
“Saya takut sekali saat itu, Saya bisa dikutuk leluhur!” Kata Sisilia Mbimbus 43 tahun. Sebenarnya apa yang telah dilakukan wanita dusun itu sehingga takut membuat leluhurnya murka? Sisilia dinilai berdosa melanggar adat istiadat kalau berani-berani menjadi ketua Organisasi Pengelola Air Minum (OPA).
Maklum, adat istiadat dusun Pasat, desa Pong Majok, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, tempat tinggal Sisilia, melarang kaum wanita mengurus dusun. Segala sesuatunya termasuk jabatan ketua OPA, biasanya diemban kaum lelaki. Itupun tidak sembarang lelaki, kalau bukan seorang kepala suku, haruslah seorang kepala pemerintahan minimal ketua RW.
Awalnya Sisilia segera menolak jabatan itu. Tetapi tenyata jutru para tetua dusun sendiri yang mendesaknya. Karena menyangkut kasus istimewa maka diadakanlah upacara adat, “Ini upacara adat untuk permisi pada leluhur agar tidak dikutuk,” kata Sisilia.
Tak pelak lagi, Sisilia memang warga istimewa bagi dusun Pasat. Ia menjadi motor penggerak bagi pemberdayaan warga desa. Betapa tidak, Dususn Pasat boleh dibilang kurang beruntung bila dibandingkan dengan desa sekitarnya. Kondisi tanahnya kering kerontang. Warga Pasat harus berjalan beberapa kilometer untuk mandi, mencuci atau untuk urusan kakus.Untuk pertanian warga desa hanya mengandalkan perkebunan jagung.
Padahal desa-desa lainnya di kecamatan Lembor terkenal sebagai lumbung padi untuk kawasan Manggarai Barat. Kemiskinan pun menyergap Dususn Pasat. Warganya lebih banyak menjadi buruh tani di desa tetangga. Tak hanya miskin dusun Pasat juga sering terkena wabah penyakit karena lingkungan yang tak bersih.
Berjuang Mendapat Air Bersih
Kondisi inilah yang membuat Sisilia sangat prihatin. Tetapi apa yang dapat dilakukann seorang ibu rumah tangga yang hanya sempat mengecap pendidikan kelas dua SD? Sisislia ternyata memulai perjuangannya dari hal yang tampak sepele yaitu menyediakan air bersih bagi warga Pasat.
Setelah meminta bantuan dari sana sini, Sisislia akhirnya mendapat bantuan dari LSM dimana setahun kemudian LSM tersebut bersama warga Pasat membangun instalasi air bersih yang mata airnya bersala dari desa tetangga. Pipa airnya mencapai 4km.
Warga Pasat sendiri menghimpun dana hingga 4 juta ketika itu, untuk membeli air dari desa tetangga. “Ibu Sisilia termasuk berhasil dalam memimpin warga desabdalam membangun dan memelihara instalasi pengelolaan air bersih,” kata kepala suku setempat.
Begitu air bersih mengalir, kehidupan warga pun perlahan mulai membaik. Yang menggembirakan anak-anak semakin rajin ke sekolah. Jumlah anak yang putus sekolah menurun drastis. “Sejak adanya pengelolaan air bersih, angka drop out sekolah semakin berkurang,” tutur Sisilia.
Ternyata sebelumnya banyak anak yang berjuang mandi dan akhirnya tak kebagian air sehingga tak bisa pergi ke sekolah. Betapa tidak, mereka harus berjuang berjalan 2 km untuk mendapat air bersih sebelum ini. Waktu dan tenaga banyak tersita yang akhirnya mereka malas pergi ke sekolah.
“Sekarang setiap pagi saya memukul gong agar anak segera mandi dan pergi ke sekolah. Sudah banyak anak Pasat yang juga melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,” kata Sisilia. Ia juga mengadakan gerakan bersih lingkungan.
Selama ini warga Pasat tak punya jamban keluarga karena tak ada air.Jika punya hajat, mereka mmebuangnya di alam bebas. Kini setelah air bersih mengalir, 65 kepala keluarga diwajibkan membuat jamban.
Program lainnya, Sisislia juga mendorong warga bergotong royong membangun dan memperbaiki rumah warga yang jauh dari syarat kesehatan. “Kebanyakan pria Pasat adalah tukang batu dan tukang kayu. Mereka biasanya membangun rumah orang lain untuk upah. Jadi mereka bergotong royong membangun rumah masing-masing yang layak huni dan sehat,” katanya.
Menuju Swasembada
Selain untuk bersih-bersih, Sisislia juga mengarahkan warga untuk bercocok tanam. “Daripada tiap tahun para warga menjadi buruh panen di desa tetangga, lebih baik mandiri, bisa beli beras dan belanja sendiri. Inikan lebih terhormat,” Sisilia menambahkan. Kini banyak hasil sayuran terutama kacang panjang di Ruteng dan Labuhan Bajo di kabupaten yang berasal dari Pasat.
Untuk menjaga kesinambungan jaringan air besih itu. Sisislia meminta warganya beriuran 2000 per keluarga. Iuran ini langsung dipegang oleh bendahara OPA yang diawasi langsung oleh ketua suku. Setiap bulan selalu di cek jumlah pengeluaran dan saldonya. “Dana itu utamanya untuk biaya pemeliharaan jaringan pipa air bersih. Selain itu juga dapat dipinjamkan kepada anggota untuk membeli benang atau kain tenun. Hasilnya dijual kepasar,” kata Sisislia.
Karena berbagai prestasi itulah, Sisislia terpilih kembali menjadi ketua OPA untuk tahun ini. Sisilia adalah pahlawan yang telah menyelamatkan dusun Pasat dari keterpurukan.
Baca Juga Biografi Berikut :