Kali ini penulis akan mengulas tentang salah satu pendakwah yang lagi banyak dibicarakan orang baik itu media cetak ataupun elektronik. Yup.. beliau adalah Ustad Jefri Al Buchori atau lebih akrab disapa Uje.
Ustad ganteng yang digandrungi banyak kalangan terutama anak muda karena gaya dakwahnya yang gaul ini sempat menyedot perhatian gara-gara musibah yang dialaminya. Pada tanggal 26 April 2013 beliau mengalami kecelakaan tunggal di Kawasan Pondok Indah yang mengakibatkan berpulangnya Uje ke Rahmatullah. Bagaimana sebenarnya sosok Ustad gaul ini. Berikut ulasan penulis yang diambil dari berbagai sumber.
Kelahiran dan Masa Kecil Jefri Al Buchori
Jefri Al Buchori atau Ustad Jefri atau Uje dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1973 dari seorang ayah dan ibu yang bernama Ismail Modal (Alm) dan Tatu Mulyana. Jefri adalah anak “tengah” atau anak ke 3 dari lima bersaudara. Jefri besar di lingkungan keluarga yang sangat religius namun sayangnya tempat tinggalnya berdekatan dengan diskotek dan ia salah memilih teman sehingga saat muda beliau sempat terjerembab dalam “dunia hitam”. Ada yang mengatakan “Anak tengah biasanya nakal”. Entah benar atau kebetulan pemikiran itu yang jelas Jefri muda sangat dekat dengan yang namanya “dosa”. Mabok, bolos sekolah, ke diskotek, membangkang pada orang tua, bahkan ia sempat menjadi pecandu narkoba kelas berat.
Sebenarnya Uje muda adalah anak yang multi talented dan termasuk cerdas di sekolahnya. Pada saat sekolah dasar di SD 07 Karang Anyar, Jefri yang saat itu kelas 3 langsung lompat kelas ke kelas 5. Hal ini dikarenakan prestasi akademiknya yang menonjol sehingga bisa “lompat kelas”. Sejak kecil beliau sangat menonjol dibidang pelajaran agama dan kesenian.
Karena beliau terlihat menonjol di pelajaran agama Islam maka setelah lulus sekolah dasar orang tuanya tak memasukkannya ke SLTP namun beliau bersama kakaknya dimasukkan ke Pesantren Modern Daar el Qolam Gintung, Balaraja, Tangerang. Sejak kecil Uje sering memenangkan lomba baca Al Qur’an atau MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) bahkan ke tingkat propinsi. Namun “ kenakalannya” membuat Uje tidak bisa menamatkan pesantrennya. Beliau hanya bisa menjadi santri selama 4 tahun sedangkan syarat lulus adalah belajar selama enam tahun. Akhirnya beliau pindah sekolah ke Madrasah Aliyah.
Masa Muda Jefri Al Buchori
Walaupun mengerti pendidikan agama Islam, Uje sering tergoda ajakan teman-temannya untuk berbuat “nakal”. Saat muda Uje sering mencicipi disko, main bilyar, mengonsumsi narkoba, mabok-mabokan dan termasuk kategori playboy. “Gue itu dulu dutanya setan di dunia”, begitu pengakuannya saat diwawancarai seputar masa mudanya oleh sebuah infotainment.
Uje mengaku bahwa ia memiliki kepribadian ganda. Kadang kuat dorongan untuk jadi orang “nakal” tetapi juga sering ingin menjadi orang baik-baik. Setamat Madrasah Aliyah yaitu sekolah lanjutan setingkat SMA, Uje melanjutkan ke Akademi Broadcasting di Rawamangun, Jakarta. Tetapi kuliahnya juga tidak kelar karena terlalu asyik dengan teman-teman nongkrongnya, bermain bilyar dan menggeluti dunia malam.
Namun sebuah kejadian spiritual saat ia dipaksa umroh oleh orang tuanya membuatnya sadar bahwa hidup yang dijalaninya selama ini adalah salah. Uje kemudian bertemu dengan Pipik Dian Irawati atau disapa Pipik. Waktu itu Pipik adalah model majalah remaja. Mereka berdua akhirnya menikah siri pada tahun 1999 dan kemudian meresmikannya 4 – 5 bulan kemudian.
Dari pernikahannya ini mereka dikaruniai 4 orang anak yaitu Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar AL-Ghifari , Ayla Azuhro dan Attaya Bilal Rizkillah. Awal – awal pernikahan adalah masa yang sangat sulit bagi mereka berdua. Selain kesulitan ekonomi karena keduanya menganggur, Jefri juga dilanda kesulitan untuk melepaskan karakter jahiliyahnya. Pernah suatu ketika ia memakai narkoba di depan istrinya sendiri. Hal itu membuat Pipik dan Uminya Jefri marah besar, sampai-sampai Uminya tak amau mengakuinya sebagai anak. Padahal waktu itu Uje sudah berjanji pada uminya dan didepan jenazah Apih nya (ayahnya) bahwa dia akan berubah menjadi orang baik. Namun karena sekali lagi pengaruh teman yang jelek, ia kembali terjerembab.
Suatu malam ia bermimpi melihat jasadnya sendiri di balut kain kafan dan sedang disiksa. Setelah bangun ia ketakutan setengah mati bahkan tak berani dan takut tidur karena setiap memejamkan mata mimpi itu datang kembali. Begitu terus setiap malam. Akhirnya ia benar-benar taubat Nasuha tak ingin kembali ke perilaku jahiliyahnya. Saat itu istrinya juga sedang hamil anak pertama. Ia tak ingin jadi bapak yang “bejat” buat anak-anaknya kelak dan ia juga sudah capek dengan hidupnya yang tak karuan.
Suatu ketika kakaknya yang pertama yang biasanya diundang untuk ceramah di sekitar rumah, mendapat tawaran dari masjid di Singapura untuk menjadi imam masjid sehingga kakanya tak bisa lagi ceramah di sekitar rumahnya. Jefri yang waktu itu sudah mulai membaik dan berusaha untuk mendekatkan diri kembali pada Alloh disuruh menggantikannya. Gayungpun bersambut, Jefri melakukan tauziahnya yang pertama di daerah sekitar rumahnya. Teks ceramah pertamanya ditulis oleh istrinya sendiri, Pipik. Dari situ Uje mendapatkan honor 35 ribu yang kemudian ia berikan ke istrinya. “Ini uang halal pertama yang aku nafkahkan untukmu.” Begitu katanya waktu itu, sambil berpelukan dan berlinang airmata Pipik menerimanya.
Jalan Uje menjadi penceramah tak semulus yang dikira. Sering jamaah menolaknya karena dahulunya ia adalah tukang mabok. Pernah suatu ketika Uje menjadi imam sholat di masjid sekitar rumahnya dan jamaah langsung bubar, tak mau diimami oleh mantan “tukang mabok”. Namun Uje sadar dan tahu diri. Pelan – pelan ia memperbaiki diri, akhirnya ia mulai diterima sebagai penceramah. Stasiun televisi mulai meliriknya untuk mengisi acara rohani, baik itu tauziah ataupun menyanyi lagu rohani.
Awalnya gaya ceramah Uje sama seperti pen da’i lainnya yaitu dengan jenggot, sorban dan baju kurung serta tongkat. Namun akhirnya ia merubah penampilannya menjadi lebih gaul dengan baju koko khas anak muda dan topi gaulnya karena kebanyakan segmennya adalah remaja. Karena ke khasan gayanya ini seorang desainer busana muslim terkenal “Itang Yunaz” mendaulatnya menjadi model bagi pakaiannya. Sejak saat itu dimanapun dan kapanpun Jefri selalu menggunakan rancangan Itang Yunaz.
Rumah tangganya bersama Pipk menjadi lebih harmonis. Uje dan Pipik adalah pasangan serasi yang sering menjadi panutan. Sering mereka berdua tampil di media dengan kompak dan harmonis bersama keempat anaknya. “Itu adalah prasangka orang dan itu menjadi doa yang baik buat kita.” Begitu katanya saat dielu-elukan menjadi pasangan yang sakinah mawaddah wa rahmah. Hal lain yang menjadi ketertarikan publik dari pasangan ini adalah Uje memilih tak berpoligami. Ia memilih setia pada istrinya Pipik yang begitu sabar dan setia menemaninya di suka maupun duka. Uje begitu mengagumi istrinya ini sampai sampa ia membuat lagu yang liriknya begitu menyentuh kalbu “Bidadari Surgaku” khusus untuk istrinya yang cantik jelita. Ditanya tentang apa yang disukai Uje dari istrinya, Uje mengaku menyukai “imutnya”. “Dia tetap cantik dan imut walaupun sudah punya empat anak. Tak kelihatan seperti ibu-ibu yang sudah punya empat anak.” Begitu tuturnya.
Berikut ini adalah lagu “Bidadari Surgaku” beserta liriknya.
Jefri Al Buchori Meninggal Dunia
Namun kesemuanya itu tidaklah abadi. Awal mempunyai akhir, ada hidup ada kematian. Di jum’at pagi 26 April 2013, dua minggu setelah ulang tahunnya yang ke 40, tersiarlah berita yang sangat mengejutkan publik yaitu Uje meninggal dunia karena kecelakaan tunggal saat mengendarai Motor Gede Kawasaki E 60 Bernopol B 3590 SGQ di Kawasan Pondok Indah Jakarta. Saat itu beliau sempat dilarikan ke rumah sakit Pondok Indah dan Fatmawati sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 2 dini hari. Semua keluarga dan masyarakat begitu syok dan sangat kehilangan dengan berita ini.
Berikut Kronologi Kecelakaan Uje
Malam itu Uje beserta Adiknya, Fajar, dan Agus temannya pergi ngopi di daerah Kemang dengan mengendarai Motor Gede. Awalnya Uje memang kurang sehat namun ia tak mau dibawa kerumah sakit. Mungkin karena suntuk di rumah dan ingin sekedar mencari angin, mereka berangkat di kedai kopi biasa mereka kumpul.
Saat pulangnya, sang adik menawarkan diri untuk membonceng kakaknya namun Uje tak mau, ia ingin menaikinya sendiri.
Saat itu mereka beriring-iringan pelan-pelan bukan kebut-kebutan mengendarai Moge (motor gede). Jam 1 malam, Pas di depan rumah di JL Gedung Hijau Raya No 17, Pondok Indah. Entah karena mengantuk atau karena masih limbung dengan badannya, tahu-tahu Uje menabrak pohon Palm dan terjatuh dari motornya, sedangkan motornya sendiri tersungkur tanpa pengendara sejauh 30 meter.
Langsung Uje ditoong dengan taksi dan dibawa ke RS Podok Indah dan Fatmawati namun tak tertolong. Uje dinyatakan meninggal pukul 2 dini hari, Jumat 26 April 2013.
Adik kandung sang ustad, Fajar Sidiq menegaskan kecelakaan itu merupakan kecelakaan tunggal dan bukan karena aksi ngebut.
“Tolong digaris besarin ini murni kecelakaan tunggal bukan karena kebut-kebutan,” ungkap Fajar di rumah duka di Perumahan Bukit Mas Narmada III Bintaro, Rempoa, Tangerang, Jumat (26/4/2013).
“Kita menemani beliau ngopi-ngopi di atas motor. Pas kepulangan itu terjadi insiden tunggal, itu korbannya almarhum. Tidak ada hal apapun, tidak ada kebut-kebutan. Ini berjalan dengan normal,” tegasnya.
“Perginya memang sedikit ada kecelakaanlah di Radio Dalam. Memang kita dari Kemang sempat bilang gimana kalau kita yang handle? tapi dia bilang ‘nggak apa-apa gue sehat kok’, karena kita yakin dengan kemampuan beliau ya kita lepas,” urainya lagi.
Sedangkan Moge Kawasaki Hijau yang dikendarai Uje mengalami rusak parah dibagian depannya. Stang motor menekuk keatas dan lampu depan hancur. Body belakang juga rusak parah.
Dugaan Bahwa Uje Meninggal Di Atas Moge, Sebelum Kecelakaan
Dugaan bahwa Uje meninggal mendadak diatas Moge sebelum jatuh juga sempat terlontar dari salah satu kawan Uje yang bernama Lukman. Berikut penuturannya.
Dugaan baru menyebutkan, Ustadz Gaul tersebut meninggal mendadak dalam keadaan menyetir motor gede (moge) Kawasaki ER-6n bernopol B 3590 SGQ. Faktor meninggal mendadak itulah yang membuat kendali setir motornya oleng, sampai akhirnya menabrak pembatas pinggir jalan hingga berujung tabrakan ke pohon palem.
Pendek kata, Ustadz Jefri sudah dalam kondisi dijemput sakaratul maut sebelum sepeda motornya oleng dan menabrak pohon palem.
“Dugaan saya, Ustadz Jefri sudah lebih dahulu meninggal dunia di atas kendaraannya sehingga kendaraan tak terkendali dan menabrak pohon palem,” kata Lukman Azis Kurniawan, sahabat Uje yang juga sesama jamaah pengajian Orbit kepada Tribunnews.com, Senin (29/4/2013).
Lukman mendasarkan dugaannya itu pada beberapa alasan berikut ini:
Tidak ada tanda-tanda upaya pengereman oleh pengemudi
Lukman bertutur, tiap orang yang mengalami sakratul maut biasanya tubuhnya mengejan. “Nah saat mengejan itu gas ketarik tangan, lalu menabrak pohon,” kata Lukman.
“Apalagi di lokasi tak ada tanda upaya pengereman sebagai upaya antisipasi pengendara yang lazimnya kaget menghindari tabrakan,” sambungnya.
Kecil Kemungkinan Uje dalam Kondisi Mengantuk
Dugaan Uje mengantuk juga disebut sebagai kemungkinan kecil. Karena sang adik, Fajar Sidik, menuturkan kalau almarhum sudah beristirahat di Kemang, Jakarta Selatan. Apalagi saat istirahat Uje minum kopi yang dikenal penangkal ngantuk.
“Bila beliau mengantuk, kondisi gas stabil atau mengendur. Tidak menabrak sangat kencang seperti dibenarkan polisi,” tutur Lukman.
Uje Tidak Mungkin Ngebut
Lukman juga meyakini almarhum Uje tidak mungkin dalam kondisi mengebut sebelum kecelakaan terjadi.
Sebab, Uje sudah dua kali hampir jatuh di kawasan Radio Dalam sebelum akhirnya benar-benar mengalami kecelakaan di Pondok Indah.
“Pengalaman sebelumnya dua kali hampir terjatuh di kawasan Radio Dalam lazimnya semakin membuat Uje makin pelan memacu sepeda motornya.”
Lukman mendasarkan keyakinan Uje tidak dalam kondisi ngebut itu berdasar kesaksian penyanyi Agus Idward (personel grup nasyid Snada) yang ikut dalam konvoi motor bersama Uje dari Kemang ke Pondok Indah.
Agus Idward kepada Lukman bertutur, Uje malam itu menempuh perjalanan 1,5 jam dari Kemang ke Pondok Indah. Ini waktu tempuh yang relatif lama, apalagi jarak Kemang dan Pondok Indah terbilang tidak terlalu jauh ditambah kondisi perjalanan lepas tengah malam yang kecil kemungkinan terjebak macet.
“Dugaan kuat saya, beliau memacu kendaraan justru pelan, tapi karena meninggal mendadak di atas sepeda motor, tubuhnya mengejan dan gasnya otomatis tertarik. Itu yang membuat tabrakan amat kencang ke pohon palem,” tuturnya, seolah berhipotesa.
Mengenai adanya rerumputan yang terkoyak di taman dekat pohon palem, Lukman melihatnya itu bukan sebagai tanda upaya pengereman.
Kalau memang Uje sudah meninggal sebelum menabrak pohon palem, lantas mengapa almarhum dibawa ke Rumah Sakit Pondok Indah? Mengapa tidak langsung diotopsi di Rumah Sakit Fatmawati?
“Karena waktu itu Agus Idward juga belum yakin apakah kondisi Uje sudah meninggal atau masih bisa ditolong,” tutur Lukman.
Lukman merasa perlu melontarkan dugaan baru penyebab kecelakaan Ustadz Jefri itu karena ia terusik dengan santernya spekulasi yang menyebut almarhum mengantuk dan ngebut mengemudi sepeda motornya. “Rasa-rasanya tidak mungkin,” imbuhnya.
Apakah Ustadz yang berduet dengan Pasha Ungu itu mengalami serangan jantung yang membuatnya meninggal mendadak? “Nah, kalau itu saya tak berani ambil kesimpulan, karena saya bukan ahli medis,” tuturnya. Wallohu’alam Bishowwab.
Firasat Uje Sebelum Meninggal Dunia
Sebenarnya Uje sepertinya sudah merasa bahwa dirinya akan berpulang. Hal ini terungkap dari pesan singkat di blackberry tiga hari sebelum beliau meninggal yang berisi permohonan maafnya keseluruh masyarakat, ia juga menegaskan bahwa nomor blackberrynya sudah tak diaktifkan lagi. Berikut isinya "Mohon maaf BB ini tidak aktif, sekali lagi mohon maaf lahir bathin," Secara tak sengaja blackberry beliau juga kecebur kolam sehingga rusak.
Fajar sang adik juga diamanahi jika suatu saat meninggal Uje ingin dimakamkan di dekat Apihnya (ayahnya). "Beliau sempat amanat ke saya pas ziarah terakhir, waktu mau umroh kemarin. Beliau bilang 'kalau gue mati, gue mau deket sama Apih (sebutan ayah, red)," tutur sang Adik Fajar, di rumah duka kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Tak hanya itu, ia pun sempat berpesan kepada sahabatnya Ustad Solmed dengan memberikan cincin dan sebuah peci milik Uje beberapa waktu yang lalu. Setelah memberikan kedua barang tersebut, almarhum pun meminta Ustad Solmed untuk melanjutkan karier dakwahnya.
"Saya sempat dikasih cincin sama dikasih peci yang baru dia pakai. Terus, dia minta saya untuk lanjutin dakwahnya," ungkapnya. Rupanya, itu amanat dari beliau terakhir kalinya. Mendapat amanah tersebut, Ustad Solmed mengaku sempat terkejut. "Ya saya bilang, 'ente jangan begitu, namanya berdakwah nggak boleh berhenti'," ujarnya seraya mengingatkan sang sohib.
Menurut Fajar, Uje sempat bilang dirinya ingin beristirahat sejenak dari dunia dakwah."Gue mau istirahat, ceramah udah capek," ungkap Fajar menirukan ucapan Uje seraya berkaca-kaca.
Sang istri, Pipik Dian Irawati pun pernah diberikan pertanda oleh suami tercintanya. Pipik yang terlihat tegar itu menceritakan, ia pernah diminta untuk latihan memandikan jenazah oleh pria yang akrab disapa Uje tersebut.
"Memang kemarin siang itu kita tiduran berdua, dia bilang, yuk Mi, latihan mandiin jenazah. Nggak mau ah. Terus dia bilang gak apa-apa, Umi biar hafal. Terus saya tanya, yang jadi modelnya siapa? Dia bilang Abi aja. Terus saya bilang, kita berdua aja jadi modelnya," tuturnya saat ditemui di kediamannya di kawasan Rempoa, Bintaro, Tangerang.
Beberapa hari sebelum meninggal, Uminya juga sering mendengar Uje mengatakan bahwa ia akan “Jatuh Tempo”. Saat itu Uminya tak mengerti maksud ucapan anaknya namun setelah kejadian itu uminya baru tahu bahwa maksud dari “jatuh tempo” adalah umur Uje.
Uje juga menulis di Twitternya seperti berikut ini “ Pada akhirnya... semua akan menemukan yg namanya titik jenuh...Dan pada saat itu...Kembali adalah yg terbaik...Kembali pada siapa...??Kepada “DIA” pastinya...Bismi_KA Allohumma ahya wa amuut...”
Kumpulan Tauziyah, Kata – Kata Mutiara Uje
Kehidupan
· Hidup itu memang terkadang rumit, namun serumit apapun kehidupan ini tetap harus kita jalani, karena Tuhan punya rencana dibalik semua ini.
· Berhati-hatilah dengan perkataanmu, karena ia cuma bisa dimaafkan, bukan dilupakan.
· Tetaplah berada dijalur yang benar, walau banyak godaan untuk berbelok arah dijalur yang salah.
· Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain.
· Hidup ini singkat, maka jangan membuatnya lebih singkat lagi dengan sesuatu yang sia-sia
· KetidakBISAANmu jika diatasi akan membuat ketidakBIASAAN dalam hidupmu. Suatu saat orang-orang akan bilang kamu LUAR BIASA!
· Hidup ini terlalu singkat kalau hanya diisi dengan berkeluhkesah
· Berhati-hatilah ketika nge-twit, karena ia bisa membuat pembacanya sukses bahagia atau sesak menderita.
· Kebahagiaan bukanlah disaat kita memiliki kesempurnaan, namun ketika kita dapat menerima ketidaksempurnaan dengan tulus dan ikhlas.
· Hargailah hari kemarin, Hiduplah untuk hari ini; Dan mimpikanlah hari esok
· HIDUP itu SIMPLE, tapi kita sendiri yang NGOTOT bikin RUWET
· "Jangan takut dengan kesalahan. Kebijaksanaan biasanya lahir dari kesalahan."
· Satu hal yang paling penting dalam hidup adalah bagaimana kita memaknai hidup itu sendiri
· Andalah yang mewarnai hidup Anda dengan cara pandang menurut diri Anda sendiri, artinya kehidupan Anda adalah ciptaan pikiran Anda sendiri
· Kadang kita seperti orang bodoh. Terlalu mendramatisir masalah, terlalu lupa akan pemecahan.
· Hidup itu adalah berdasarkan pilihan, bukan berdasarkan kesempatan
· Pernah dengar orang berkata 'menjalani hidup seperti air mengalir'? kenyataannya hanya ikan mati yang mengikuti air mengalir
· Kenapa harus berdamai dengann masa lalu? Karena ia tak pernah memusuhi masa kini.
· Tanamlah Kebaikan, Rawatlah kesabaran , PETIKLAH KEBAHAGIAAN
· Taklukan masa lalumu atau masa lalumu akan menghantuimu
· Perlu menjadi ikan yang kuat agar bisa melawan arus.. kalo hanya mengapung, ikan mati pun bisa.
· Rahasia dalam hidup ini, seringkali bukan seberapa hebat Anda. Tetapi seberapa besar jiwa (hati) Anda.
· People who have direction in their lives go farther and faster and get more done in all areas of their lives.
· Nobody has a perfect life. Everybody has their own problems. Some people just know how to deal with it in a perfect way.
· Hadapi masalah tanpa masalah, agar masalah tidak menjadi risalah kesalahan sepanjang perjalanan ini
· Sombong yang sebenarnya bukanlah saat kita berkata "saya yang paling hebat" tapi saat kita berkata "saya bisa melakukan semuanya sendiri"
· Waktu lahir kedua tangan kita kosong, ketika meninggal kedua tangan kita pun kosong. Waktu datang dan pergi kita pun tidak membawa apa-apa.
· Hidup itu proses yang harus dijalan dengan nyata bukan sekedar angan-angan
· Orang selalu menyalahkan keadaan. Padahal di dunia ini orang yang berhasil adalah yang bangkit dan mencari. atau menciptakan keadaan yang diinginkan
Usaha, Karir dan Kesuksesan
· Sukses sangat ditentukan oleh kuatnya kemauan dari dalam diri untuk belajar dan bekerja keras.
· 'Empat Kekuatan' untuk meraih kesuksesan: 1. Kemauan. 2. Kemampuan. 3. Kesempatan. 4. Karakter.
· Orang sukses punya 1 kelebihan CARA untuk menghadapi masalah. Orang gagal punya 1 kelebihan ALASAN untuk memaklumkan ketidakamuampuannya.
· Hentikan apa yang sudah lama kita lakukan dan sama sekali tidak membawa kemajuan.
· Semua kesuksesan besar dimulai dari niat untuk memberi manfaat
· Menjadi sukses itu bukanlah suatu kewajiban, yang menjadi kewajiban adalah perjuangan kita untuk menjadi sukses.
· Jika kamu menyerah hanya karena kata-kata orang lain yang ingin menjatuhkanmu, berarti kamu gagal dan orang itu berhasil.
· Saat kau terlalu mengandalkan orang lain, sama halnya kau sedang memojokan dirimu sendiri.
· Semua yang sudah sampai di puncak sakses, mereka memulai dari bangun pag-pagi sekali.
· Tuhan, masukkanlah aku kedalam pekerjaan yang di dalamnya aku bebas menjadi orang jujur yang produktif.
· kegagalan adalah sukses yang tertunda namun jika kegagalan itu berulang maka itu adalah pertanda adanya hambatan mental .
· Kedisiplinan akan memBIASAkan. Kebiasaan akan memBISAkan. Kebisaan akan menSUKSESkan
· Jangan buang hari ini dengan mengkuatirkan hari esok. Gunung pun terasa datar ketika kita sampai ke puncaknya.
· Tuhan tidak meminta kita untuk sukses; Dia hanya meminta kita untuk mencoba.
· Ada 3 kata sederhana yang menjamin kesuksesan : peduli, berbagi, berani
· Success is never final, failure is never fatal. It's courage that counts.
· Be amazing. Be good. Be strong. Be smart. Be cool. But the most important thing is, be yourself
· Bermimpi + Berusaha + Berdoa = SUKSES
· Banyak Pemimpi yang awalnya ditertawakan sampai dibilang gila. Semua akhirnya bungkam setelah melihat mimpi mereka jadi kenyataan.
· Orang-orang yang minta gaji lebih, biasanya tidak dapat lebih. Tetapi yang melakukan lebih dan berkualitas, akan mendapatkan lebih
· Berani tanpa disertai kesabaran, akan membunuh Anda.Ambisius tanpa kesabaran, dapat memusnahkan karir yang paling menjanjikan
· Pray, Attitude, Knowledengane, Skill, Action »» PAKSA to be SUCCESS
· Orang lain sering meremehkan kemampuan kita. Tidak perlu bimbang apalagi tersinggung. Yang penting kita tetap yakin dan tidak meremehkan diri sendiri!
· Karena setiap hari kita berpikir, maka sebaiknya berpikirlah untuk hal-hal besar, namun tetap memperhatikan hal-hal kecil yang membawa kebaikan.
· Anda tidak dapat membangun rasa percaya diri yang sehat dengan kebiasaan membandingkan kekurangan Anda dengan kelebihan orang lain
· Kunci utama LOA (The Law of Attracion) ada 3 : Ask (imajinasikan keinginan), Believe (percayadanyakin), and Receive (terima dengan rasa syukur)
Cinta
· Jika kita mencintai seseorang, berusahalah cintai kekurangannya, bukan hanya mengubahanyaa seperti yang kita mau.
· Jangan pernah berjanji kamu tak akan saling mengecewakan, namun berjanjilah kamu akan tetap bersama meski dikecewakan
· Tidak ada hal yang lebih lembut dari kekuatan, dan tidak ada hal yang lebih kuat dari kelembutan
· Hidup ini terlalu singkat tuk dihabiskan dengan seseorang yang dirimu sendiri masih bertanya apakah dia orang yang tepat tuk menemani hidupmu.
· Kita tak akan pernah menghayati betapa besarnya cinta orangtua pada kita, sampai suatu saat kita jadi orangtua.
· Jadilah contoh yang baik untuk keluargamu dan orang-orang disekitarmu maka mereka akan menirumu tanpa disuruh. Perbuatan lebih nyata dari kata-kata
· Cinta itu demikian indah, sehingga cinta yang ditolak pun memiliki derita yang keindahannya tak terjelaskan
· Cinta harus memiliki. Hanya orang menyerah yang mengatakan bahwa cinta tak harus memiliki.
· Sakit hati itu wajar, yang tidak wajar adalah meratapi kesakitan itu tanpa henti. Ikhlaslah bahwa sakit itu bagian dari hidup.
· sahabat sejati adalah sahabat yang tidak menikam dari belakang, ngefitnah dengan orang lain dan meninggalkan saat di butuhkan
· Perselingkuhan yang terindah adalah perselingkuhan yang tidak pernah terjadi.
· Kesuksesan dan cinta ibarat dua roda sepeda, harus berputar seimbang agar sampai ditujuan
· Perbedaan yang mencolok antara sahabat dan kekasihmu adalah 'tentang kepeduliannya.
· PACARAN yang sukses adalah jatuh cinta sering kali,selalu terhadap orang yang sama.
· Cinta sejati adalah cinta tanpa syarat ! Dimana keputusan adalah penguasanya, bukan perasaan !
· Putus cinta bukanlah akhir dari segalanya. Itu hanyalah awal untuk menemukan cinta sejatimu.
· Kadang mengalah dan meminta maaf itu lebih baik daripada menjelaskan segalanya kepada orang yang tak mau mengerti
· Jika seseorang membencimu, menertawakanmu, atau menghinamu, itu karena sebenarnya kamu memiliki sesuatu yang dia inginkan
· Hati wanita bukanlah sebuah mainan. Siapapun yang memperlakukannya seperti itu bukanlah seorang pria, dia hanya seorang anak lelaki.
· Warisan paling berharga yang telah diberikan orangtua adalah seluruh waktu mereka untuk membesarkan kita
· Cinta bisa membuat waktu terlewati. Dan Waktu pun bisa membuat cinta terlewati
· Kesepian yang sesungguhnya adalah ketika kamu tidak lagi mampu mendengar suara hatimu sendiri yang terisak keras.
· Seseorang yang PANTAS untuk "dipertahankan", 1.Dia yang mampu membuat kamu tersenyum, 2. Yang mampu membuat nyaman, 3.Yang pernah meneteskan airmata untuk kamu
· Jika diri merasa tidak siap untuk menyentuh hati seseorang, lbh baik jangan mmbuat dia mnjadi terbang. Dia akan SAKIT jika kamu tidak siap menangkapnya
· Wanita yang menangis karena lelaki adalah bisa dikatakan dalam kategori wanita yang terlalu lebih mengasihi dan wanita bodoh yang mau berlanjut dalam kesedihan
· Jangan meremehkan pria atau kau takkan dihargainya. Begitupun pria, Jangan abaikan wanita atau kau akan kehilangannya
· "Jangan memilih pria yang lebih baik.Pilihlah pria yang membuatmu menjadi wanita yang lebih baik."
· Cintailah seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna. Apa adanya.
· Sesungguhnya PHP (Pemberi Harapan Palsu) itu tidak ada, hanya saja 'berharapnya-lah yang terlalu berlebihan'.
· Keluarga adalah sumber kebahagiaan. Kebahagiaan akan membuat hidup penuh syukur. Tuhan melindungi orang-orang yang bersyukur ditengah keluarganya.
· Orang yang merasa SAKIT karena CINTA, Perlu diragukan KADAR CINTA nya
· CEMBURU itu wajar, karena kamu takut kehilangan. Tapi jika TERLALU, kamu lebih mencintai dirimu sendiri daripada cinta itu sendiri
· Hidup bukan cuma masalah cinta. Ada saatnya nanti kita bakal merasakan arti cinta yang sesungguhnya
· Mencintainya tanpa syarat dan tidak mengharapkan apa-apa dari dia. Menjaga komunikasi demi menjaga kelanggengan hubungan.
· Cinta sejati tak datang begitu saja, banyak proses yang harus dilalui dalam tangis, tawa, suka dan duka bersama.
· Pria, jangan jadikan "harta"mu sebagai senjata mendapatkan wanita. Jadikan "harta"mu bonus untuk wanita yang menerima dirimu.
· Tidak ada satupun hal yang dapat membandingkan seorang IBU. Karena dia adalah Jiwa terindah yang layak kita balas dengan cinta
· "Cinta berarti merangkul 'semuanya' : Kebaikan, kekurangan, bahkan keburukannya."
Belajar
· 3 tahap dalam keberhasilan: BELAJAR, MENCOBA, dan MENGULANGI kembali.
· Banyak master-master dari beragam latar belakang dan profesi berbagi ilmu di TL mereka. Follow, berkenalan dan belajarlah dari para pakarnya
· ilmu itu adalah perhiasan yang paling menawan dan tiada tandingannya bagi orang yang benar-benar ikhlas mencarinya
· Inspirasi memang bisa datang dimalam sesunyi ini. Selama membawa manfaat, maka gunakanlah kesunyian ini dengan penuh tanggungjawab.
· Tidak ada orang yang benar-benar malas. Seorang pemalas adalah orang yang rajin tidak melakukan apa-apa
· Yang penting bukan berapa banyak yang kita pelajari, tetapi berapa banyak yang kita ingat.
· Membaca membuatmu MENGETAHUI, Bertindak membuatmu MEMAHAMI
· Menuntut ilmu itu penuh rintangan hanya cita-cita dan niat yang kuat dapat menghalaunya
· Belajar itu tidak hanya untuk memicu otak menjadi cerdas, tetapi juga yang bisa memacu otot untuk bergerak.
Doa
· Janganlah kau merasa senang saat berbuat dosa, sesungguhnya perasaan senang itu jauh lebih buruk dari perbuatan dosa itu sendiri.
· Orang yang mengeluh adalah orang yang lupa bersyukur, padahal tanpa dia sadari, karunia Tuhan telah dia nikamuati setiap hari.
· Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
· Jika kamu berdoa, jangan meminta kehidupan yang mudah, tapi mintalah kepada tuhan untuk menjadikanmu pribadi yang kuat
· Jangan hitung berapa kali orang menyakiti dan meninggalkanmu, tapi berapa kali kau menyakiti Tuhan dan Ia tidak pernah meninggalkanmu.
· DOA memberikan kekuatan Pada yang Lemah,Tidak Percaya Menjadi Percaya, Dan Memberikan Keberanian Pada Yang Ketakutan
· Tidak ada satupun di dunia ini, yang bisa di dapat dengann mudah. Kerja keras dan DOA adalah cara untuk mempermudahanyaa
· Zaman sekarang, banyak handphone yang mahal dan canggih. Tapi, alat komunikasi yang paling ampuh tetaplah ... DOA!
· DIA menghadiahi kita 86.400 detik hari ini. Sudahkah kita gunakan sekian detik untuk bersyukur?
· Doa orangtua adalah kasihsayang yang terindah.
· Terkadang yang membuat doa tak terjawab adalah kurangnya tindakan.
Berikut Ini Penuturan Lengkap Ustadz Jefri Al Buchori dan Istrinya, Pipik Dian Irawati, Tentang Masa Mudanya Sampai Pertobatannya.
Sebetulnya aku tidak ingin bercerita banyak tentang masa laluku. Maklum, masa laluku sangat kelam. Namun, setelah kupikir, siapa tahu perjalanan hidupku ini bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Baiklah, aku bersedia membagi pengalaman hidupku pada para pembaca. Insya Allah, ada gunanya.
Aku lahir dengan nama Jeffry Al Buchori Modal pada 12 April 1973 di Jakarta. Waktu aku lahir, keluargaku memang sudah menetap di Jakarta. Aku lahir sebagai anak tengah, maksudku anak ke-3 dari lima bersaudara. Tiga saudara kandungku laki-laki, dan si bungsu adalah perempuan. Layaknya bersaudara, hubungan kami berlima cukup dekat. Sekadar bertengkar, sih, wajar saja. Apalagi, jarak usia kami tidak berjauhan.
Apih (panggilan Jefri untuk ayahnya, Red.), M. Ismail Modal, adalah pria bertubuh tinggi besar asli Ambon, sedangkan Umi, begitu aku biasa memanggil ibu, Tatu Mulyana asli Banten. Apih mendidik kami berlima dengan sangat keras. Tapi, kalau tidak begitu, aku tidak akan merasakan manfaat seperti sekarang. Kalau kami sampai lupa salat atau mengaji, wah, jangan ditanya hukuman yang akan diberikan Apih. Dalam hal agama, Apih dan Umi memang mendidik kami secara ketat.
Namun, sebetulnya Umi adalah seorang ibu yang amat sabar dan lembut dalam menghadapi anak-anaknya. Apih pun orang yang selalu bersikap obyektif. Dia akan membela keluarganya mati-matian bila memang keluarganya yang benar. Sebaliknya dia tidak segan-segan menyalahkan kami bila memang berbuat salah.
Berada di lingkungan keluarga yang taat agama membuatku menyukai pelajaran agama. Sewaktu kelas 5 SD, aku pernah ikut kejuaraan MTQ sampai tingkat provinsi. Selain agama, pelajaran yang juga kusukai adalah kesenian. Entah mengapa, aku suka sekali tampil di depan orang banyak. Oh ya, setelah kenaikan kelas, dari kelas 3 aku langsung melompat ke kelas 5. Jadilah aku sekelas dengan kakakku yang kedua.
Lulus SD, Apih memasukkanku dan kedua kakakku ke sebuah pesantren modern di Balaraja, Tangerang. Beliau ingin kami mendalami pelajaran agama. Rupanya tidak semua keinginannya bersambut, semua ini karena kenakalanku.
Orang bilang, anak tengah biasanya agak nakal. Aku tidak tahu ungkapan itu benar atau tidak. Yang jelas hal itu berlaku padaku. Sebagai anak tengah, aku sering membuat orang tua kesal. Di pesantren, aku sering berulah.
Salah satu kenalakanku, di saat yang lain salat, aku diam-diam tidur. Kenakalan lain, kabur dari pesantren untuk main atau nonton di bioskop adalah hal biasa. Sebagai hukumannya, kepalaku sering dibotaki. Tapi, tetap saja aku tak jera.
Tampaknya aku seperti punya kepribadian ganda, ya. Di satu sisi aku nakal, di sisi lain keinginan untuk melantunkan ayat-ayat suci begitu kuat. Tiap ada kegiatan keagamaan, aku selalu terlibat. Bersama kedua kakakku, aku juga pernah membuat drama tanpa naskah berjudul Kembali Ke Jalan Allah yang diperlombakan di pesantren. Ternyata karya kami itu dinilai sebagai drama terbaik se-pesantren.
Bahkan, aku juga juara lomba azan, lomba MTQ, dan qasidah. Akan tetapi, entah kenapa, aku juga tak pernah ketinggalan dalam kenakalan. Tinggal dalam lingkungan pesantren, kelakuan burukku bukannya berkurang, malah makin menjadi. Puncaknya, aku sudah bosan bersekolah di pesantren.
Akhirnya, hanya empat tahun aku di pesantren. Dua tahun sebelum menamatkan pelajaran, aku keluar. Lalu, Apih memasukkanku ke sekolah aliyah (setingkat SMA, Red.). Rupanya keluar dari pesantren tidak membuatku lebih baik. Aku yang mulai beranjak remaja justru jadi makin nakal.
Ustad Jefri juga pernah menjadi penari diskotek, foto model, pemain sinetron yaitu di sinetron “Kerinduan” yang tayang di Indosiar dan “Pendekar Halilintar”, bahkan juga dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja yang diadakan TVRI tahun 1991. Berikut penuturan Uje.
Kenal Dunia Malam
Memang, sih, tiap ada acara keagamaan aku tak pernah ketinggalan. Namun, aku juga selalu mau bila ada teman mengajak ke kantin sekolah. Bukan untuk jajan, tapi memakai narkoba! Aku juga sering kabur dan pergi tanpa tujuan yang jelas. Ya, aku seperti burung lepas dari sangkar, terbang tak terkendali.
Masa SMA memang suram bagiku. Masa yang tak pernah lengkap. Maksudnya, aku tak punya teman sebaya. Kenapa? Ya, meski usiaku masih 15 tahun, aku bergaul dengan pemuda berusia 20 tahunan. Pacaran pun dengan yang lebih tua. Di sekolah ini aku hanya bertahan setahun. Pindah ke SMA lain, keseharianku tak jauh berbeda. Malah makin parah.
Dari perkenalan dengan beberapa teman, aku mengenal petualangan baru. Umur 16 tahun, aku mulai kenal dunia malam. Aku masuk sekolah hanya saat ujian. Buatku, yang penting lulus. Aku lebih suka mendatangi diskotek untuk menari. Terus terang, aku memang tertarik pada tarian di diskotek. Tiap ke sana, diam-diam aku selalu mempelajari gerakan orang-orang yang nge-dance. Lalu kutirukan.
Aku jadi seorang penari, bertualang dari satu diskotek ke diskotek lain, tenggelam dalam dunia malam. Saat ada lomba dance, aku mencoba ikut. Usahaku tak sia-sia. Beberapa kali aku berhasil memboyong piala ke rumah sebagai the best dancer. Selain itu, aku juga berhasil jadi penari di Dufan pada tahun 1990, meski hanya selama setahun. Sampai sekarang masih banyak temanku yang jadi penari di sana.
Aku juga pernah jadi foto model, bahkan ikut fashion show di diskotek. Mungkin waktu itu aku merasa sangat cakep, ya. Tapi menurutku, kegiatan-kegiatan itu masih positif, meski terkadang aku suka minum. Dengan segala kebengalanku, tahun 1990 aku berhasil lulus SMA.
Main Sinetron
Aku mengalami masa yang menurutku paling dahsyat setelah tamat SMA. Ceritanya salah seorang teman penari, memperkenalkanku pada Aditya Gumai yang saat itu aktif di dunia seni peran. Dari Aditya aku mengenal dunia akting. Waktu itu, kami masih latihan menari di Taman Ismail Marzuki. Saat latihan pindah ke Gedung Pemuda di Senayan, mulailah aku main sinetron. Mulanya aku hanya mengamati para pemain yang sedang syuting, sambil diam-diam belajar.
Aku memang suka mencuri ilmu. Waktu tidur di kos salah satu temanku di dekat kampus Institut Kesenian Jakarta, aku sering mencuri ilmu juga dari para mahasiswa. Kalau mereka sedang kuliah atau praktik, aku sering mengamati mereka.
Nah, ketika para pemain sinetron sedang latihan, terkadang aku menggantikan salah satunya. Ternyata aku ditertawakan. Karena pada dasarnya aku orang yang enggak suka diperlakukan seperti itu, aku malah jadi terpacu. Aku makin giat berlatih akting secara otodidak. Akhirnya, saat yang senior belum juga dapat giliran main, aku sudah mendapat peran. Aku diajak Aditya main sinetron. Waktu dikasting, aku berhasil mendapat peran.
Tahun 1990, aku main sinetron Pendekar Halilintar. Saat itu, sinetron masih dipandang sebelah mata oleh bintang film. Namun, Apih mati-matian menentangku. Kenapa? Rupanya Apih tahu persis seperti apa lingkungan dunia film. Dulu, beliau juga pernah main film action, antara lain Macan Terbang dan Pukulan Berantai. Dari beliaulah aku menuruni darah seni.
Ditentang Apih tak membuat langkahku surut. Mungkin jalan hidupku memang harus begini. Tak satu pun larangan Apih yang mampir ke otakku untuk kujadikan bahan pikiran. Nasihat Apih tak lagi kudengarkan. Tawaran untuk main sinetron yang berdatangan membuatku makin yakin, inilah yang kucari. Aku tak mau menuruti keinginan orang tua karena merasa diriku benar. Akhirnya konflik antara aku dan orang tuaku pecah.
Sebagai bentuk perlawananku pada orang tua, aku tak pernah pulang ke rumah. Tidur berpindah-pindah di rumah teman. Rambut juga kupanjangkan. Aku seperti tak punya orang tua. Bahkan, tak pernah terlintas dalam benakku bahwa suatu hari mereka akan pulang ke haribaan. Yang kupikirkan hanya kesenangan dan egoku semata.
Pada saat bersamaan, karierku di dunia seni peran terus melaju. Aku semakin mendapatkan keasyikan. Setelah itu, aku mendapat peran dalam sinetron drama Sayap Patah yang juga dibintangi Dien Novita, Ratu Tria, dan almarhum WD Mochtar.
Aku semakin merasa pilihanku tak salah setelah dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja yang diadakan TVRI tahun 1991. Aku bangga bukan main, karena merasa menang dari orang tua. Kesombonganku makin menjadi. Aku makin merasa inilah yang terbaik buatku, ketimbang pilihan orang tuaku.
Sejak kenal sinetron, aku makin menyukai dunia akting. Aku tak peduli meski Apih menentangku. Namun, belakangan aku paham, dibalik ketidaksetujuannya, sebetulnya orang tuaku menyimpan rasa bangga. Orang tua cerita, mereka sedang ke Tanah Suci membawa rombongan ibadah haji saat sinetron Sayap Patah yang kumainkan ditayangkan.
Ternyata, mereka nonton sinetronku. Komentar mereka membanggakanku. Mereka mengakui, ternyata aku bisa berprestasi. Setelah itu, aku mendapat berbagai tawaran main, antara lain sinetron Sebening Kasih, Opera Tiga Jaman, dan Kerinduan. Selain namaku makin mencuat, rezeki juga terus mengalir.
Namun, aku malah jadi lupa diri. Ketenaran tidak penting buatku. Yang penting menikmati hidup. Dunia malam terus kugeluti. Kalau ke diskotek, aku tak lupa mengonsumsi narkoba. Bahkan, untuk urusan yang satu ini, aku bisa dibilang tamak. Biasanya, aku meminum satu pil dulu. Kalau kurasa belum “on”, kuminum satu lagi. Begitu seterusnya.
Akhirnya, aku jadi sangat mabuk. Pandanganku pun jadi kabur. Mau melihat arloji di tangan saja, aku harus mendekatkannya ke wajahku, sambil menggoyang-goyangkan kepala dan membelalakkan mata supaya bisa melihat dengan lebih jelas. Parah, ya? Begitulah kebandelanku terus berlangsung.
Kecanduan Kian Parah
Suatu hari di tahun 1992, Apih meninggal karena sakit. Aku menyesal bukan main karena selama ini selalu mengabaikan nasihat Apih. Menjelang kepergiannya, aku berdiri di samping tempat tidurnya di rumah sakit sambil menangis. Melihatku seperti itu, Apih mengatakan, laki-laki tak boleh menangis. Laki-laki pantang keluar air mata. Bayangkan, bahkan di saat-saat terakhirnya pun Apih tetap menunjukkan sikapnya yang penuh kasih padaku yang durhaka ini.
Sore itu aku dimintanya pulang ke rumah dan beliau memberiku ongkos. Aku menurut. Begitu aku pulang, Allah mengambilnya. Aku syok berat. Saat Apih dimakamkan, aku turun ke liang lahat dan memeluk jasadnya. Aku tak mau beranjak meski makam akan ditutup. Aku tak mau melepas kepergiannya. Aku menyesali perbuatanku. Selama Apih masih hidup, aku tak pernah mau mendengarkan ucapannya.
Sejak itu, Umi membesarkan kami berlima. Hidupku terus berjalan. Bukan ke arah yang baik, namun aku kembali ke masa seperti dulu. Penyesalan yang sebelumnya begitu menghantuiku karena ditinggal Apih, seolah lenyap. Kebandelanku bahkan makin menjadi sepeninggal Apih. Kesombonganku juga lebih besar dari sebelumnya karena merasa berprestasi dan punya uang banyak. Tak seorang pun kudengarkan lagi nasihatnya.
Ketika temanku menasihati, aku mencibir. Siapa dia sampai aku harus mendengarkan ucapannya? Ucapan orang tua saja tak kugubris. Aku tenggelam dalam duniaku sendiri dan jadi pecandu narkoba. Waktu itu, aku beralasan karena ada masalah di rumah. Padahal, sebetulnya alasan apa pun, termasuk broken home atau teman, tidak bisa dijadikan alasan. Diri sendirilah alasannya, karena bagaimana pun, kita lah yang menentukan semua yang terjadi pada diri kita.
Jadi, tidak perlu membawa-bawa orang lain atau keadaan. Namun, kesadaran seperti ini mana mungkin muncul pada diriku yang waktu itu sangat arogan? Aku makin jauh dari Tuhan. Padahal, sebelah rumahku ada masjid. Ketika orang berpuasa di bulan Ramadan pun, aku tetap melakukan kemaksiatan. Lalu, saat Lebaran tiba dan orang-orang sibuk bertakbir, aku malah sibuk mencari celah waktu dan tempat di mana aku bisa berbuat maksiat.
Semua ilmu agama yang pernah kupelajari dan kemampuan membaca Quran seperti hilang. Akal sehatku seperti hilang. Kecanduanku pada narkoba juga makin parah, bahkan sampai mengalami over dosis dan aku hampir mati. Kejahatan demi kejahatan moral terus kulakukan.
Nama Di Diskualifikasi Dari Seni Peran Apapun
Tak perlu aku menceritakan detail tentang kejahatan yang kulakukan. Yang jelas, suatu hari aku merasa menderita karena ketakutan setelah melakukan sebuah perbuatan. Aku benar-benar ketakutan! Aku jadi gampang curiga pada siapa saja. Aku selalu berburuk sangka pada apa pun. Kesombonganku pada uang dan prestasi lenyap digantikan ketakutan. Yang kulakukan setiap hari adalah berdiam diri di kamar, dengan selalu berpikiran bahwa setiap orang yang datang akan membunuhku. Aku sibuk mengintip dari bawah pintu, siapa tahu ada orang datang untuk membunuhku.
Telingaku jadi sangat sensitif. Aku sering merasa mendengar ada orang sedang berjalan di atap rumah ingin membunuhku. Aku tersiksa selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Orang-orang mengatakan, aku sudah gila.
Pada saat bersamaan, kecanduanku pada narkoba membuatku termasuk dalam daftar hitam dunia sinetron. Namaku dicoret. Tak ada lagi yang mau memakaiku sebagai pemain. Selain itu, cewek-cewek yang ada di dekatku juga menjauh. Dulu aku termasuk playboy.
Di saat aku sendiri, ada Umi yang selama ini sudah sangat sering kusakiti hatinya. Umi tetap menyayangiku dengan cintanya yang besar. Seburuk apa pun orang berkomentar tentang aku, hati Umi tetap baik dan sabar. Air matanya tak pernah kering untuk mendoakan anak-anaknya, terutama aku agar berubah jadi lebih baik.
Doa tulus Umi dikabulkan Allah. Sungguh luar biasa, Allah menunjukkan kebaikan-Nya padaku. Allah memberiku kesempatan untuk bertobat. Kesadaran ini muncul lewat suatu proses yang begitu mencekamku.
Diajak Umi Umroh
Sungguh, aku merasa sangat ketakutan ketika suatu hari bermimpi melihat jasadku sendiri dalam kain kafan. Antara sadar dan tidak, aku terpana sambil bertanya pada diri sendiri. Benarkah itu jasadku? Aku juga disiksa habis-habisan. Begitulah, setiap tidur aku selalu bermimpi kejadian yang menyeramkan. Dalam tidur, yang kudapat hanya penderitaan. Aku jadi takut tidur. Aku takut mimpi-mimpi itu datang lagi.
Aku juga jadi takut mati. Padahal dulu aku sempat menantang maut. Meminta mati datang karena aku tak sanggup lagi bertahan saat ada masalah dengan seorang cewek. Sebetulnya sepele, kan? Tapi masalah itu kuberat-beratkan sendiri. Rasa takut mati itulah yang akhirnya membuatku sadar bahwa ada yang tidak meninggalkanku dalam keadaan seperti ini, yaitu Allah.
Aku teringat kembali pada-Nya dan menyesali semua perbuatanku selama ini. Pelan-pelan, keadaanku membaik. Kesadaran-kesadaran itu datang kembali. Aku menemui Umi, bersimpuh meminta maaf atas semua dosa yang kulakukan. Umi memang luar biasa. Betapa pun sudah kukecewakan demikian rupa, beliau tetap menyayangi dan memaafkanku. Umi lalu mengajakku berumrah.
Dengan kondisiku yang masih labil dan rapuh, kami berangkat ke Tanah Suci. Kali ini aku berniat sembuh dan kembali ke jalan Allah. Di sana, aku mengalami beberapa peristiwa yang membuatku sadar pada dosa-dosaku sebelumnya. Usai salat Jumat di Madinah, Umi mengajakku ke Raudhoh. Aku tak tahu apa itu Raudhoh, tapi kuikuti saja. Umi terus meminta ampunan pada Allah.
Aku lalu keluar, berjalan menuju makam Nabi Muhammad. Aku bersalawat. Begitu keluar dari pintu masjid, rasanya seperti ada yang menarikku. Aku mencoba berjalan sekuat tenaga, tapi tak bisa. Kekuatan itu rasanya sangat besar. Aku lalu bersandar pada tembok. Air mataku yang dulu tak pernah keluar, kini mengalir deras. Aku menyesali dosa-dosaku, dan berjanji tak akan melakukan lagi semua itu.
Bagai sebuah film yang sedang diputar, semua dosa yang pernah kulakukan terbayang jelas di pelupuk mataku silih berganti, mulai dari yang kecil sampai yang besar. Tiba-tiba dari mulutku keluar kalimat permintaan ampunan pada Allah. Di Mekkah, di hadapan Kabah, aku merapatkan badan pada dindingnya.
Aku bersandar, menengadahkan tangan memohon ampun karena terlalu banyak dosa yang kulakukan. Seandainya sepulang dari Tanah Suci ini melakukan dosa lagi, aku minta pada Allah untuk mencabut saja nyawaku. Namun, seandainya punya manfaat untuk orang lain, aku minta disembuhkan. Aku yang dulu angkuh, sekarang tak berdaya. Setelah pulang beribadah, aku membaik. Aku mencoba bertahan dalam kondisi bertobat itu, tapi ternyata sulit luar biasa.
Sepulang umrah, aku mencoba hidup lurus. Namun, lagi-lagi aku tergoda. Suatu malam, aku dan teman-teman berencana nonton jazz di Ancol. Aku memperingatkan mereka untuk tidak bawa narkoba, karena
kami sudah sepakat untuk berhenti memakai. Ternyata, salah satu temanku masih saja membawa cimeng. Apesnya, kami dirazia polisi di depan Hailai.
kami sudah sepakat untuk berhenti memakai. Ternyata, salah satu temanku masih saja membawa cimeng. Apesnya, kami dirazia polisi di depan Hailai.
Teman-temanku yang lain kabur. Tinggallah aku, temanku yang membawa cimeng, dan satu teman lain. Aku sulit kabur karena mobil yang kami pakai adalah mobilku. Akhirnya kami bertiga dibawa ke kantor polisi dan ditahan. Aku dilepas karena tak terbukti membawa. Kucoba telepon Umi untuk menjelaskan masalah ini, tapi Umi tak mau menerima teleponku.
Si penerima telepon malah diminta Umi untuk mengatakan, beliau tak anak bernama Jeffry. Hatiku tercabik-cabik. Pedih rasanya tak diakui sebagai anak oleh Umi. Kuakui, pastilah hati Umi sudah sedemikian sakitnya. Bayangkan, aku yang sebelumnya sudah mengaku bertobat, malah kembali memilih jalan yang salah. Meski aku sudah bersumpah demi Tuhan tidak memakai narkoba lagi, Umi tak percaya lagi. Itulah puncak kemarahan Umi
Bertemu Pipik Dian Irawati
Sungguh bersyukur, Allah masih berkenan menolongku. Datang seorang gadis cantik dalam hidupku. Ia mau menerimaku apa adanya. Sebelumnya, banyak gadis meninggalkanku sehingga aku merasa sebatang kara dalam cinta. Gadis bernama Pipik Dian Irawati ini seorang model sampul sebuah majalah remaja tahun 1995, asal Semarang.
Penuturan Pipik Dian Irawati Tentang Jefri Al Buchori
Aku pertama kali melihatnya sedang makan nasi goreng di Menteng sekitar tahun 1996 – 1997. Rambutnya gondrong. Waktu itu, aku bersama Gugun Gondrong. Setahuku, Jeffry adalah pemain sinetron Kerinduan, karena aku mengikuti ceritanya. Aku ingin berkenalan dengannya, tapi Gugun melarangku.
Tak tahunya, waktu buka puasa bersama di rumah Pontjo Sutowo, aku bertemu lagi dengannya. Rambutnya sudah dipotong pendek. Aku nekat berkenalan. Kami mulai dekat dan saling menelepon. Aku enggak tahu kapan kami resmi pacaran, karena enggak pernah “jadian”. Dia juga tak pernah menyatakan cinta. Waktu pacaran, dia cuek setengah mati.
Awalnya, semangatnya boleh juga. Pertama kami pergi bareng, dia datang ke rumah di Kebon Jeruk, di tengah hujan deras dari rumahnya di Mangga Dua. Jeffry naik taksi dengan memakai jins dan sepatu bot. Ia yang hanya bawa uang Rp 50 ribu, mengajakku nonton di Mal Taman Anggrek. Di dalam bioskop, kami seperti nonton sendiri-sendiri. Dia diam saja selama nonton.
Sejak itu, kami sering jalan bareng, karena kami memang hobi nonton dan makan. Semakin dekat dengannya, aku makin tahu ternyata dia pemakai narkoba kelas berat. Teman-temanku mulai bertanya, mengapa aku mau berpacaran dengannya. Aku sendiri tak tahu persis alasannya. Mungkin rasa sayang yang sudah terlanjur muncul dalam hati yang membuatku mau bertahan. Hatiku terenyuh dan tak mau meninggalkan dia sendiri.
Tentu saja keluargaku tak ada yang tahu, karena sengaja kusembunyikan. Mungkin mereka baru tahu sekarang, setelah membaca kisah hidupnya di berbagai media. Sementara itu, aku sibuk tur keluar kota sebagai model, sehingga kami sering tak ketemu. Akhirnya kami putus. Waktu akhirnya ketemu lagi, ternyata dia sudah punya pacar lagi. Karena masih sayang, aku sering membawakannya hadiah dan memberi perhatian. Setelah Jeffry putus dari pacarnya, kami kembali bersatu.)
Masa – Masa Sulit Mencari Nafkah
Pipik sangat berarti buatku. Dia mengerti, peduli dan perhatian padaku. Padahal, aku sempat hampir menikah dengan orang lain. Ternyata Allah sayang padaku. Allah menunjukkan, wanita yang nyaris kunikahi itu bukan untukku. Pipik bagai bidadari yang datang dengan cinta yang besar. Ia memberi keyakinan, menikah dengannya akan membawa perubahan besar dalam hidupku.
Aku mendatangi Umi dan minta izin untuk menikah. Luar biasa, Umi tetap menerimaku dengan segala kasih sayangnya. Sambil menangis, Umi mengizinkanku menikah. Aku sendiri terbilang nekat. Sebab, waktu itu aku tak punya-apa. Badan pun kurus kering, dengan mata belok, dan penyakit paranoid yang kuderita tak kunjung sembuh. Bahkan, pekerjaan pun aku tak punya.
Untuk menghindari maksiat, kami menikah di bawah tangan pada tahun 1999. Teman-temanku yang sekarang sudah meninggal karena over dosis, sempat menghadiri pernikahanku. Setelah itu, kami tinggal di rumah Umi. Sekitar 4 – 5 bulan setelah itu, kami menikah secara resmi di Semarang.
Namun, menikah rupanya tak cukup menghentikan kebandelanku. Istriku pun merasakan getahnya. Aku pernah memakai narkoba di depannya, dan menggunakan uangnya untuk membeli barang haram tersebut.
Kesulitan lain, aku dan Pipik sama-sama menganggur. Pernah kami mencoba berdagang kue. Malam hari kami menggoreng kacang, esok paginya bikin kue isi kacang dan susu. Lalu kami titipkan ke toko kue.
Tapi mungkin rezeki kami bukan di situ. Kue yang kami buat hanya laku beberapa buah. Dalam sehari kami hanya membawa pulang Rp 200 – 300. Akhirnya kami berhenti berjualan kue. Kehidupan kami selanjutnya kami jalani dengan penuh perjuangan sekaligus kesabaran.
Penuturan Pipik Saat – Saat Awal Menjadi Istri Uje
Perasaan sayang yang sangat kuat membuatku mantap menikah dengannya. Aku tak peduli lagi meski dia pecandu, bahkan pernah mengalami over dosis dan hampir gila karena paranoidnya. Aku banyak mengalami hal-hal luar biasa dengannya. Kalau tidak sabar, mungkin aku sudah tidak bersamanya lagi.
Awal menikah, kami tinggal di rumah Umi. Meski hidup seadanya, beliaulah yang membiayai hidup kami. Aku dan Jeffry tak jarang makan sepiring berdua, karena memang benar-benar tak ada yang bisa dimakan. Berat rasanya jadi istri dari suami penganggur, apalagi setelah menikah aku tidak lagi bekerja.
Tapi aku yakin, Allah tidak mungkin memberikan cobaan pada umat-Nya melebihi kemampuannya. Aku yakin, pasti ada sesuatu yang akan diberikan Allah padaku. Beruntung, Umi sangat sayang padaku.
Aku sendiri tak jera memberi masukan padanya untuk mengubah hidup. Kami sama-sama saling belajar menerima kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Pelan-pelan, hidupnya mulai berubah menjadi lebih baik, terutama setelah aku hamil. Mungkin dia sendiri sudah capek dengan kehidupannya yang seperti itu.)
Tobatnya Jefri Al Buchori
Pelan-pelan, aku kembali dekat pada agama. Perubahan besar terjadi dalam hidupku pada tahun 2000. Kala itu, Fathul Hayat, kakak keduaku yang setengah tahun silam meninggal karena kanker otak, memintaku menggantikannya memberi khotbah Jumat di Mangga Dua. Pada waktu bersamaan, dia diminta menjadi imam besar di Singapura.
Fathul memang seorang pendakwah. Selama dia di Singapura, semua jadwal ceramahnya diberikan padaku. Pertama kali ceramah, aku mendapat honor Rp 35 ribu. Uang dalam amplop itu kuserahkan pada Pipik. Kukatakan padanya, ini uang halal pertama yang bisa kuberikan padanya. Kami berpelukan sambil bertangisan.
Selanjutnya, kakakku memintaku untuk mulai menjadi ustaz. Inilah jalan hidup yang kemudian kupilih. Betapa indah hidup di jalan Allah. Aku mulai berceramah dan diundang ke acara seminar narkoba di berbagai tempat. Namun, perjuanganku tak semudah membalik telapak tangan. Tak semua orang mau mendengarkan ceramahku karena aku mantan pemakai narkoba. Tapi aku mencoba sabar.
Alhamdulillah, makin lama ceramahku makin bisa diterima banyak orang. Bahkan sekarang, aku banyak diundang untuk ceramah di mana-mana, termasuk di luar kota dan stasiun teve. Aku bersyukur bisa diterima semua kalangan. Aku pun ingin berdakwah untuk siapa saja. Aku ingin punya majelis taklim yang jemaahnya waria. Mereka, kan, juga punya hak untuk mendapatkan dakwah.
Kebahagiaan kami bertambah ketika tahun 2000 itu, lahir anak pertama kami, Adiba Kanza Az-Zahra. Dua tahun kemudian, anak kedua Mohammad Abidzan Algifari juga hadir di tengah kami. Mereka, juga istriku, adalah inspirasi dan kekuatan dakwahku. Kehidupan kami makin lengkap rasanya.
Sampai sekarang, aku masih terus berproses berusaha menjadi orang yang lebih baik. Semoga, kisahku ini bisa jadi bahan pertimbangan yang baik untuk menjalani hidup. Pesanku, cintailah Tuhan dan orangtuamu, serta pilihlah teman yang baik.
Biodata Ustad Jefri Al Buchori
Nama : Jefri Al Buchori
Nama Panggilan : Uje
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 12 April 1973
Meninggal : 26 April 2013 (40thn)
Profesi : Penceramah, Penyanyi Religi
Agama : Islam
Nama Istri : Pippik Dian Irawati
Anak : Adiba Khanza Az-Zahra
Mohammad Abidzar AL-Ghifari
Ayla Azuhro
Attaya Bilal Rizkillah
Nama Orang Tua : H. Ismail Modal (Ayah)
Dra. Hj. Tatu Mulyana
Biografi Lim Goh Tong - Dari Pedagang Sayur Menjadi Pemilik Resort Bergengsi |